DAMPAK DAN CARA
MENANGGULANGI INFLASI
1. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan
dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contohnya seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990.
Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya
tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank
(debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh permasalahan Inflasi dikehidupan
sehari-hari :
1.
Kenaikan BBM di
indonesia
Sebagaimana yang kita ketahui, saat ini
bangsa kita sedang mengalami masalah naiknya harga bahan bakar minyak. Ini
dikarenakan permintaan masyarakat akan BBM yang membubung tinggi sementara
penyediaan barang mengalami kekurangan yang membuat harga barang tersebut
menjadi naik dan timbulnya inflasi. Kenaikan harga BBM memperberat beban hidup
masyarakat terutama mereka yang berada di kalangan bawah dan juga para
pengusaha, karena kenaikan bbm menyebabkan turunnya daya beli masyarakat dan
itu akan mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan
sehingga akan menurunkan tingkat penjualan yang pada akhirnya juga akan
menurunkan laba perusahaan.
Naiknya harga BBM di indonesia diawali
oleh naiknya harga minyak dunia. yang membuat pemerintah tidak dapat menjual
BBM kepada masayarakat dengan harga yang sama dengan harga sebelumnya, karena
hal itu dapat menyebabkan pengeluaran APBN untuk subsidi minyak menjadi lebih
tinggi. Maka pemerintah mengambil langkah untuk menaikkan harga BBM.
Dan untuk mengimbangi masalah
melonjaknya harga BBM setiap tahunnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan
subsidi BBM. Kebijakan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) bertujuan mengatasi
kelebihan beban APBN. Sebab jika tidak, APBN dipastikan akan mengalami
penurunan yang berdampak langsung pada mandeknya pembangunan nasional.
Setelah sekian lama kebijakan subsidi
BBM dijalankan , timbul berbagai kontravensi untuk segera menghentikan
kebijakan subsidi bbm, karena setelah di lihat-lihat ternyata kebijakan subsidi
ini tidak berjalan efektif dan jauh dari tujuan semula. Karena selama ini
pemerintah terus memberi subsidi untuk BBM yang dikeluarkan dari APBN. Subsidi
bbm yang melambung tinggi dan terus menekan APBN menyebabkan perekonomian
indonesia semakin parah.
Akibat dari kenaikan harga BBM antara
lain adalah :
·
Inflasi
meningkat (ditandai dengan kenaikan harga harga kebutuhan pokok)
·
Ongkos angkutan
umum yang dapat naik
·
Banyak uang
menganggur
·
Biaya hidup
makin berat
·
Kebutuhan pokok
seperti sembako, obat-obatan, biaya rawat rumah sakit naik
·
Banyak yang
putus asa
·
Keamanan
menurun
·
Penerimaan
pajak turun
·
APBN tertekan
·
Subsidi
meningkat
·
Naiknya angka
kemiskinan, pengganguran dan kriminalitas
·
Pertumbuhan
ekonomi melamban dan menurunkan daya saing
·
Kepanikan dan
keresahan masyarakat karena bingung bagaimana cara untuk menutupi kebutuhannya
karena harga barang-barang mahal
2.
Krisis moneter
di indonesia
Krisis moneter yang melanda
negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menyebabkan rusaknya sendi-sendi
perekonomian nasional. Krisis moneter menyebabkan terjadinya imported inflation
sebagai akibat dari terdepresiasinya secara tajam nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, yang selanjutnya mengakibatkan tekanan inflasi yang berat bagi
Indonesia. Fenomena inflasi di Indonesia sebenarnya semata-mata bukan merupakan
suatu fenomena jangka pendek saja dan yang terjadi secara situasional, tetapi
seperti halnya yang umum terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang
lainnya, masalah inflasi di Indonesia lebih pada masalah inflasi jangka panjang
karena masih terdapatnyahambatan- hambatan struktural dalam perekonomian
negara. Dengan demikian, maka pembenahan masalah inflasi di Indonesia tidak
cukup dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen moneter saja.
Devaluasi menjadi penyebab utama
terjadinya krisis ekonomi di Asia dan akhirnya menimbulkan masalah inflasi di
dalam negeri. Inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang mempengaruhi
perekonomiaan secara riil karena memberikan tekanan bagi investasi dan
menghalangi pertumbuhan ekonomi. Penelitian World Bank (World Bank Institute
Home Page, retrieve Februari 2000) mengenai inflasi dan pertumbuhan di 127
negara antara tahun 1960-1992 menunjukkan adanya hubungan yang erat antara
tingkat inflasi dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian tersebut
ditemukan bahwa pada tingkat inflasi yang rendah-menengah (20-40%) tidak secara
langsung menyebabkan penurunan pertumbuhan sedangkan tingkat inflasi diatas 40%
merupakan inflasi yang sangat membahayakan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut
diatas inflasi merupakan masalah ekonomi makro yang perlu mendapat perhatian
baik untuk mencari penyebab maupun solusi untuk mengatasinya.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa
inflasi di Indonesia lebih didominasi oleh penyebab non ekonomis. Permasalahan
penyebab ekonomis dan non ekonomis di Indonesia memang menimbulkan kontroversi
yang cukup tinggi. Aspek-aspek non ekonomis terkadang memberikan pengaruh yang
signifikan bagi perubahan-perubahan indikator ekonomi.
Dalam tulisan ini, faktor-faktor non
ekonomis dieliminir dan diasumsikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
pada tingkat inflasi. Fenomena inflasi di Indonesia sendiri memunculkan banyak
pendapat mengenai sumber inflasi dan aspek kausalitas. inflasi di Indonesia
dipicu oleh Jumlah uang beredar yang terlampau besar dan di sisi lain terdapat
kelompok yang mengatakan bahwa inflasi di Indonesia disebabkan karena
ketergantungan Indonesia bagi barang impor. Sisi kausalitas inflasi muncul karena inflasi itu
tidak hanya merupakan akibat dari faktor ekonomi namun juga dapat menyebabkan
perubahan faktor ekonomi yang lain.
3.
Turunnya nilai
riil kekayaan masyarakat
Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil
kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena nilai tukar kas tersebut akan
menadi lebih kecil, karena secara nominal harus menghadapi harga komoditi per
satuan yang lebih besar. Sebagai misal, jika uang Rp. 10.000,- tadinya bisa
dibelikan 10kg beras yang berharga Rp.1000,-/kg, maka setelah adanya inflasi
uang Rp.10.000,- tersebut hanya dapat ditukarkan dengan 5kg beras saja, karena
sekarang harga beras menjadi lebih mahal (Rp.2000,-/kg). Sebaliknya mereka yang
memiliki kekayaan dalam bentuk aktiva tetap (umumnya golongan ekonomi menengah
ke atas) justru diuntungkan dengan kenaikan harga akibat inflasi tersebut.
Dengan demikian inflasi akan membuat jurang kesenjang akan semakin lebar.
Efek yang Ditimbulkan dari Inflasi
1.
Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang
laju inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan
riil sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
2.
Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola
alokasi faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan
alokasi faktor produksi menjadi tidak efesien.
3.
Efek terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas
(equity dan efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal
ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4.
Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak
akan mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya
lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini
dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh
karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat
seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
2. Cara Menanggulangi Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Sasaran
kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank Sentral
dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk
meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga.
Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli
surat-surat berharga ;
(2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan
tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan
kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib
Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan
laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih
kecil.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output
dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor cenderung
meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijakan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan
dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji
ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik,gaji atu
upah juga dinaikkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar