1 Pengertian
Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang.
Dalam ekonomi
moneter (Boediono, 161 : 1985) menyebutkan definisi singkat dari inflasi “kecendrungan
dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus”. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
yang lain.
Inflasi adalah sebuah indikator yang digunakan untuk melihat sebuah tingkat
perubahan yang dianggap terjadi apabila proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat
inflasi, dimana yang umum dan sering digunakan ialah CPI dan GDP Deflator.
Pengertian inflasi menurut para ahli,
yaitu:
1. Menurut Rahardja (1997: 32) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian
besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
2. Menurut Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan
terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi,
bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak
berarti sebagai inflasi.
3. Menurut Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu
proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian.
2 Teori Inflasi
1.
Teori Kuantitas
Teori ini
menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang
beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori
kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi yang bisa terjadi apabila ada
penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang
beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara
waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi.
Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi
disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat
mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher.
Adapun rumusnya sebagai berikut :
MV = PT = Y
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap
transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang
diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
2.
Teori Keynes`
Menurut John
Maynard Keynes,. Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar
batas kemampuan ekonominya. Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses
perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut.
Oleh keynes proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana
permintaan masyarakat terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia. Peristiwa tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau
inflationary gap.
Celah inflasi
ini timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan aspirasi
mereka menjadi permintaan yng efektif terhadap barang. Golongan-golongan
masyarakat yang dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh.
Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan
cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang
diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan
harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah barang yang
tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini
menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian barang dari
golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi
akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan efektif dari semua golongan
masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan. Namun apabila permintaan
efektif total tidak melebihi harg-harga yang berlaku dari jumlah output yang
tersedia, maka inflasi akan berhenti.
3.
Teori
Strukturalis
Teori ini
didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan
perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian Negara-negara sedang
berkembang. Hal ini disebabkan inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor
struktural dari perekonomian. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam
perekonomian Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi,
yaitu sebagai berikut:
a.
Ketidakjelasan
penerimaan ekspor
Nilai ekspor
tumbuh secara lamban di bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain.
Adapun penyebab kelambanan tersebut adalah :
·
Di pasar dunia harga barang-barang
ekspor tersebut semakin memburuk.
·
Produksi barang-barang ekspor tidak
responsive terhadap kenaikan harga.
b.
Ketidakelastisan
penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan
makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan
pendapatan per kapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri
cenderung untuk naik, sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan
kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya
tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah
karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikan
harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan
munculnya kenaikan upah lagi. Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan
harga barang-barang begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga
bahan makanan tidak terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan
makanan akan terus naik sehingga proses saling dorong mendorong antara upah dan
harga tersebut selalu mendapat “umpan” baru dan tidak akan berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar